UnsurIntrinsik Hikayat. 1. Tema merupakan ide pokok dalam cerita hikayat. 2. Tokoh, watak dan penokohan. Hang Tuah ialah Laksamana yang terkenal dengan kesetiaannya kepada Raja dan merupakan petarung silat yang amat handal dan tiada tolok bandingnya.
HIKAYAT HANG TUAH Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.” Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya. Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.” Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik took meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,” Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?” Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!” Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun Melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?” Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.” Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Kemudian raja mengundang Hang Tuah ke Istana. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja. Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.” Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?” Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini.” Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasanya.” Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu. Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.” Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah. Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.” UNSUR INTRINSIK “HIKAYAT HANG TUAH” Hang Tuah = Baik, bijak, berwibawa Hang Mahmud = Baik, Perhatian Dang Merdu = Baik, perhatian, lembut Sang raja Bintan = Baik , sopan, mudah percaya. Tumenggung = Licik, jahat Sudut Pandang Orang ketiga serba tahu Amanat sebagai pemimpin kita jangan hanya mendengar keterangan dari satu pihak saja melainkan harus dari kedua pihak yang terlibat masalah. Teknikstruktur diperlukan untuk mengetahui unsur intrinsik Hikayat Hang Tuah dan Kaba Laksamana Hang Tuah. Selanjutnya hubungan hipogramatik dianalisis menggunakan teori hipogram. Hasil analisis menunjukkan bahwa Hikayat Hang Tuah sebagai hipogram dan Kaba Laksamana Hang Tuah sebagai karya baru (transformasi) sebagai berikut. Hikayat Hang Tuah Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.” Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya. Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.” Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik took meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,” Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?” Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!” Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun Melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?” Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.” Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja. Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.” Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?” Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini.” Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasanya.” Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu. Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.” Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah. Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.” Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah. Unsur Intrinsik “Hikayat Hang Tuah” Tema Negeri kerajaan Alur Maju Tokoh Hang Tuah Hang Mahmud Dang Merdu Sang raja Bintan Tumenggung Perwatakan Hang Tuah = Baik, bijak, berwibawa Hang Mahmud = Baik, Perhatian Dang Merdu = Baik, perhatian, lembut Sang raja Bintan = Baik , sopan, mudah percaya. Tumenggung = Licik, jahat Latar Tempat Sungai Duyung Bintan Pasar Istana Sungai Perak Suasana Ramai Tegang Sepi Senang Waktu Pagi Malam Sudut Pandang Orang ketiga serba tahu Amanat sebagai pemimpin kita jangan hanya mendengar keterangan dari satu pihak saja, melainkan harus dari kedua pihak yang terlibat masalah. Sekarangpun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, "Tidakkah tuan ingin mempunyai istri?" Lalu jawabnya, "Saya tidak ingin mempunyai istri lagi." Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah. Unsur Intrinsik "Hikayat Hang Tuah" Tema : Negeri kerajaan Alur : Maju Tokoh : Hang Tuah; Hang Mahmud; Dang UNSUR INTRINSIK HIKAYAT ”HANG TUAH” Tema Keberanian seorang pemuda. Tokoh Hang Tuah, Raja, Tumenggung, Dang Merdu, Pemberontak, Hang Mahmud, Pegawai Raja, 4 kawan Hang Tuah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, Hang Lekui. Watak a. Hang Tuah Ø Berbakti pada orang tua b. Raja Ø Mudah percaya pada orang lain c. Tumenggung d. Dang Merdu e. Pemberontak f. Hang Mahmud g. Pegawai Raja h. 4 kawan Hang Tuah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, Hang Lekui Alur Alur maju Latar a. Tempat b. Suasana c. Waktu Sudut pandang Orang ketiga serba tahu Amanat Sebagai seorang Pemimpin, kita jangan hanya mendengar keterangan dari pihak 1 saja, melainkan harus dari 2 pihak yang terlibat masalah jangan mudah percaya pada orang lain.
PengertianHikayat. Hikayat adalah karya sastra klasik yang mengisahkan lengkap tentang kekuatan, kesaktian serta mukjizat. Hikayat ini mempunyai unsur-unsur seperti alur, tema, penokohan, sudut pandang, semua itu merupakan unsur-unsur hikayat. Kesastraan Indonesia sungguh kaya akan berbagai hasil karya yang dapat dibanggakan hingga saat ini.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS 3 8 Seperti karya yang lain, hikayat merupakan karya sastra yang terbentuk dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membentuk karya sastra secara langsung. Jadi, unsur itu terdapat di dalamnya. Pada bagian ini, Anda akan melihat sebagian unsur intrinsik pada sebuah hikayat yang terkenal yaitu Hikayat Hang Tuah. Unsur intrinsik yang Anda perhatikan yaitu tokoh dan penokohannya, latar, dan tema, sedangkan unsure ekstrinsik yang kita lihat yaitu latar budaya dan motif yang mempengaruhi. 1. Tokoh dan Penokohannya Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam cerita. Apabila dilihat dari fungsi tokoh yang berperan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang selalu menjadi pusat sorotan dalam cerita; dan tokoh bawahan, yaitu tokoh yang kehadirannya diperlukan untuk menunjang keberadaan tokoh utama. Tokoh utama sering disebut tokoh protagonis dan tokoh yang melawannya sering disebut tokoh antagonis. Keduanya merupakan tokoh sentral yang menjadi sorotan. Kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu tokoh yang dominan dalam hal 1 hubungannya dengan tokoh lainnya, 2 waktu penceritaannya, dan 3 hubungannya dengan tema. Jalinan tokoh-tokoh dalam “Hikayat Hang Tuah” dapat Anda perhatikan berikut ini Dalam Hikayat Hang Tuah, tokoh sentral yang menjadi penggerak cerita adalah Hang Tuah dan Hang Jebat. Hang Tuah sebagai tokoh protagonis yang menjadi citra kepahlawanan Melayu dan Hang Jebat sebagai tokoh antagonis yang menjadi citra pembangkangan. Pada mulanya, kedua tokoh tersebut merupakan sahabat karib. Karena Hang Tuah berhasil mengalahkan Taming Sari, ia diangkat oleh Sultan menjadi laksamana, sementara Hang Jebat tetap menjadi hulubalang biara. Hang Jebat pun mulai menaruh dendam, ia pun mulai mengkhianati sahabatnya. Kedua tokoh tersebut berkelahi atas dasar keyakinan dan prinsip masing-masing. 2. Latar dalam Hikayat Hang Tuah Latar atau yang sering disebut setting menyangkut beberapa pengertian yaitu tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan nyata. Hikayat Hang Tuah mengambil latar tempat di lingkup tanah Melayu. Penyebutan latar dalam cerita tidak selamanya bersifat nyata. Terkadang latar disinggung dalam ulasan peristiwanya saja. Adapun pembagian latar dalam “Hikayat Hang Tuah”, yaitu Latar waktu a. dinyatakan dalam hari atau malam, diantaranya - 2 malam dalam perjalanan - 3 hari dan 3 malam berjaga-jaga - 5 hari 5 malam sampai ke Aceh Daru’s salam Bab II ~ Transportasi 3 9 - 7 hari 7 malam berlayar - 40 hari membangun kota b. dinyatakan dengan bulan, diantaranya - Hang Tuah di benua Cina lewat 2 bulan - Hang Tuah 3 bulan di Mesir - Hang tuah 9 bulan di Rum 3. Latar Tempat dan Latar Sosial
simiskin - rohmadarso. contoh tugas analisis cerita hikayat hang tuah tugas. 19 hikayat beserta unsur intrinsik dan ekstrinsik. pengertian hikayat macam dan ciri ciri hikayat line edukasi. menemukan unsur unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat. 100 cara menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat. hikayat sri rama ramayana versi melayu
Bagaimana karakteristik serta unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik hikayat? Simak penjelasannya berikut ini.— Apa Itu Hikayat?Karakteristik HikayatUnsur-Unsur HikayatUnsur Intrinsik HikayatTemaTokoh dan PenokohanLatarAlurSudut PandangUnsur Ekstrinsik HikayatContoh Hikayat Bayan Budiman Apa Itu Hikayat? Hikayat merupakan jenis cerita rekaan dalam sastra Melayu lama yang mengisahkan keagungan dan kepahlawanan. Adakalanya, hikayat juga mengisahkan tentang sejarah atau riwayat hidup seseorang Sudjiman, 2006, 34. Karakteristik Hikayat Hikayat mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan jenis sastra lainnya. Artini dkk 2017, 70 mengemukakan bahwa karakteristik hikayat adalah Anonim atau tanpa pengarang;Istana sentris karena menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana atau kerajaan;Bersifat statis dan tidak berubah meskipun dimakan zaman;Bersifat komunal atau menjadi milik umum;Menggunakan Bahasa klise arkais yang diulang-ulang;Bersifat tradisional karena berisi tentang berbagai tradisi yang berlaku di sebuah masyarakat saat itu;Bersifat didaktis atau mengajarkan karena mengandung banyak nilai-nilai di dalamnya;Menceritakan kisah universal manusia;Cerita hikayat biasanya dimulai dengan kata alkisah, sebermula, arkian, syahdan, hatta, dan tersebutlah. Seperti cerpen dan karya sastra lainnya, hikayat juga memiliki unsur-unsur pembangun. Unsur tersebut terbagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik hikayat. Unsur intrinsik hikayat berasal dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik hikayat berasal dari luar cerita. Unsur Intrinsik Hikayat Unsur instrinsik hikayat adalah unsur pembangun yang berasal dari dalam cerita hikayat itu sendiri. Baried dalam Pertiwi 2009, hlm. 48 menyatakan bahwa unsur intrinsik dalam hikayat terdiri dari, tema, latar, alur, tokoh atau penokohan, dan sudut pandang pengarang. Tema Unsur intrinsik hikayat yang pertama adalah tema. Tema merupakan ide atau gagasan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dikutip dari beberapa sumber, tema dibagi menjadi dua, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor merupakan tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan utama. Sementara tema minor adalah tema yang tidak begitu menonjol. Tema dalam hikayat itu beragam bergantung pada kaca mata yang kita gunakan dalam melihat keberadaan tema itu sendiri. Supayalebih jelas, berikut beberapa contoh tema hikayat Kejahatan awal, akhir-akhirnya akan dapat hukumannya;Cinta terhadap tanah air lebih penting dari pada harta benda atau kedudukan;Cinta akan mengatasi segala kesulitan;Jika orang sudah kehilangan semua, baru teringat kembali pada Tuhan. Tokoh dan Penokohan Tokoh merupakan pelaku dalam suatu karya sastra. Umumnya, tokoh dalam karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling sering muncul dalam cerita, sedangkan tokoh tambahan merupakan tokoh yang jarang muncul di dalam cerita. Sementara penokohan adalah teknik atau cara dalam menampilkan watak dari tokoh yang ada di dalam cerita. Terdapat beberapa cara yang biasa digunakan untuk menggambarkan watak tokoh, diantaranya Melalui perilaku atau gerak-gerik tokoh;Penggambaran fisik dan sifat yang digambarkan pengarang;Melalui dialog antartokoh yang bersangkutan;Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh;Pengungkapan jalan pikiran tokoh;Penggambaran oleh tokoh lainnya. Latar Unsur intrinsik hikayat selanjutnya adalah latar. Pertiwi 2009, hlm. 54 berpendapat bahwa latar itu menyangkut hajat hidup para tokoh. Maka dari itu, latar dalam cerita mencangkup lingkungan dan aspeknya yang lebih luas. Tidak hanya mempersoalkan tempat tetapi juga waktu. Menurut Sudjiman 1988, 87 latar merupakan segala keterangan atau petunjuk pengacuan yang berhubungan dengan waktu ruang, dan suasana mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Dari pernyataan tersebut, kita tahu jika latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Baried dalam Pertiwi 2009, hlm. 56 mengemukakan bahwa dalam hikayat umumnya mengambil latar hutan, laut, pelabuhan, dan pantai. Alur Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Sementara pengaluran adalah teknik dalam menampilkan alur cerita hikayat. Jika ditinjau berdasarkan kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jenis alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Sementara alur lur lurus merupakan jenis alur yang memungkinkan terjadinya pencabangan dalam cerita. Sudut Pandang Sudut pandang adalah teknik atau cara pandang penulis dalam menceritakan para pelaku dalam cerita. Terdapat tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga. Pada hikayat, sudut pandang yang biasa digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Penulis berperan sebagai dalang. Seorang penulis hikayat seakan-akan mengetahui apa saja yang terjadi di dalam cerita hikayat. Ia mengetahui apa saja yang dilakukan dan dipikirkan oleh pelaku-pelakunya. Unsur Ekstrinsik Hikayat Dalam Wallek dan Warren Rokhmansyah, 201433 menyatakan bahwa unsur ekstrinsik hikayat dan karya sastra lainnya meliputi unsur biografi; unsur psikologis; keadaan lingkungan; dan pandangan hidup pengarang. Sementara menurut Kosasih 2012 72 unsur ekstrinsik hikayat meliputi latar belakang pengarang kondisi sosial budaya dan tempat novel dikarang. Contoh Hikayat Bayan Budiman Berikut adalah contoh hikayat Bayan Budiman yang dikutip dari buku Bahasa Indonesia Kelas X. Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun. Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka diserahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun. Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan ditaruhnya hampir sangkaran bayan juga. Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam daripada senjata. Hatta beberapa lama ditinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah Swt. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpurapura tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apa pun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi, karena sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.” Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya. Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya. Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya, tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya. Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan membunuh anak kera itu untuk mengobati anaknya. Sumber Kesusasteraan Melayu Klasik dengan penyesuaian Navigasi pos Hikayat Bayan Budiman. Hikayat Hang Tuah. Hikayat Kadirun. Sastra Melayu Lama. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik ,

0% found this document useful 0 votes243 views1 pageOriginal Title12740488-Unsur-Intrinsik-Cerita-Hang-TuahCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes243 views1 pageUnsur Intrinsik Cerita Hang TuahOriginal Title12740488-Unsur-Intrinsik-Cerita-Hang-TuahJump to Page You are on page 1of 1Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!

DBBi.
  • 56yzp7122s.pages.dev/416
  • 56yzp7122s.pages.dev/111
  • 56yzp7122s.pages.dev/508
  • 56yzp7122s.pages.dev/598
  • 56yzp7122s.pages.dev/269
  • 56yzp7122s.pages.dev/153
  • 56yzp7122s.pages.dev/389
  • 56yzp7122s.pages.dev/246
  • unsur intrinsik hikayat hang tuah